perjalanan ke kampus
Berjalan di depanku seorang wanita berbaju biru, berjilbab biru dengan membawa tas hitam di punggungnya. Jarak kami lumayan jauh, dengan bapak bercelana pendek di antara kami. Aku menyadari kelas kuliahku baru mulai sekitar 20 menit yang akan datang, maka perjalanan ini rasanya tak perlu buru-buru. Sampai aku mendengar bapak tersebut menyapa wanita di depan.“Berangkat sendirian aja mbak?” pikirku barangkali ia juga sama sepertiku. Seorang yang ingin dianggap terpelajar, berangkat kuliah dengan semangat yang entah sama atau tidak dengan yang permulaan.
Entah apa yang keluar sebagai jawaban dari mulut wanita tersebut. Yang lebih aku pikirkan adalah sebuah pertanyaan. Ini bukan bentuk protes, lebih menjadi renungan. Apakah seorang pemuda pemudi di masa ini tidak wajar bila tidak berjalan beramai ramai dengan teman? Atau paling sedikit dengan seorang teman di sampingnya? Lantas bagaimana dengan bapak tersebut, yang ia pun berjalan sendiri? Bagaimana dengan ibu yang sedang bersepeda di siang hari itu, ia pun sendiri saja, tak ada tawa riang bersama teman-temannya?
Barangkali memang itu lumrahnya, pemuda pemudi disibukkan dengan tawa riang bersama teman sejawat. Sedang yang dewasa mengaduh dan berpeluh sendiri saja. Barangkali kita akan menemui proses pendewasaan yang sendiri itu. Atau mungkin dengan berkah Tuhan kita bisa menikmati proses pendewasaan yang lebih ramai, bersama yang senasib, bersama yang terkasih, bersama yang setia menemani kita. Barangkali memang itulah jalannya.
Komentar
Posting Komentar