balasan untuk surat setahun yang lalu

Terlalu banyak hal yang harus dikoreksi dari isi suratmu, bukan hanya perihal penulisan dan tata bahasa yang jujur saja memang membuat aku sedikit jengkel. Tapi tak apa, aku mau membahas hal yang lebih penting. Menurutku, “kita” lah persoalan itu, tuan. Kita tentu tak bisa mengesampingkan diri kita sendiri, apalagi kalimat selanjutnya menyatakan “yang tak ada sangkut pautnya dengan kita”, lalu apa yang akan dibahas? Tentu khayalan. Justru kita yang menjadi persoalan inilah yang ingin aku habiskan.

Kalimat-kalimat selanjutnya memang bagus dan sangat bagus, bahkan di antara surat yang kamu tulis- yang diperkenankan untuk dibaca olehku- ini yang paling mengena. Tapi apalah arti rangkaian kalimat indah nan jujur itu apabila dari awal kamu memaknainya salah. Makna “kita” dan “persoalan” yang jauh berbeda dengan sudut pandangku.

Sangat memukau ketika kamu menuliskannya dengan perumpamaan yang sederhana dan sangat mudah dipahami oleh aku yang kosong ini, termasuk bagian yang menggambarkan aku. Tapi aku ingin menggarisbawahi perihal kamu dan pesta itu. Mungkin karena inilah aku selalu merasa bersalah. Persepsi soal “cinta” dan “kebodohan” yang tak bisa saling menjauh. Barangkali rasa bersalah dan rasa ingin membebaskanmu dari penjara ini adalah karena aku tak terjun dalam salah satunya. Aku memang bodoh tapi aku tak cinta.

Maka menjadi titik temu mengapa bisa pemahaman kita soal “kita” dan “persoalan” itu bisa berbeda, karena kita memang berbeda, sangat berbeda bahkan dalam hal perasaan. Tapi aku tahu, ini salahku, setiap kali kesadaran bahwa aku tak cinta ini muncul sungguh sangat mengganggu. Aku tidak mau dicap jelek, egois, tak punya hati. Maka yang selanjutnya bisa ditebak, hanya kemunafikan semata. Maafkan aku.

 

28 November 2024

Komentar

Postingan Populer