tentang aku sebagai pusat dunia
Sejak bulan Mei 2024 aku mulai menulis jurnal, beberapa prompt yang disarankan oleh orang-orang di media sosial kadang jadi lead tulisanku, gak sedikit juga malah menjelma sebagai buku diary, menumpahkan kekesalan atas kejadian tertentu atau perbuatan seseorang. Entah aku sendiri masih kurang memahami jurnal itu bagaimana, yang pastinya upaya rilis emosi supaya tidak terpendam di dalam tubuh. Aku sendiri merasakan perubahan setelah menulis, walaupun masalah tidak bisa langsung terselesaikan, tapi aku akhirnya tidak fokus ke emosi yang aku rasakan karena sudah aku tuang dalam tulisan, sebagai gantinya aku menjadi fokus ke pemecahan masalah.
Entah sejak kapan juga tulisanku menjadi kurang enak dibaca, padahal dulu ketika sekolah masih lumayan bagus. Faktor lain yang mempengaruhi tulisanku mungkin juga karena aku terlalu cepat menulis, apalagi ketika menuliskan kekesalan. Jadi aku memutuskan mulai sekarang akan menulis bagian evaluasi atau refleksi diri di sini, dan di buku dengan tulisan tangan akan diisi curhatan atau semacamnya.
Walaupun aku tergolong introvert, yang cara mengisi energi tubuhnya dengan menyendiri, aku tetap memiliki teman. Aku bersedia berteman dengan siapapun asalkan aku nyaman atau cocok dengan karakternya. Di semester 3 ini aku berteman dekat dengan satu orang di kelasku. Dari beberapa obrolan kita, aku merasa dia adalah bentuk copy dari aku. Kesamaan paling menonjol aku identifikasi ketika dia berhubungan dengan lawan jenis. Pada awalnya menurut cerita dia, dia senang dan bersemangat ketika membicarakan satu cowok. Aku tentunya mendukung, namun lama kelamaan sepertinya dia tidak nyaman. Nah aku mulai beranggapan dia sama sepertiku. Suka dengan lawan jenis tidak harus selalu berakhir dengan pacaran.
Singkat cerita aku menyarankan sebagaimana sifat dan pengalamanku yang lumayan tegas, yaitu menghindari atau menyelesaikan masalah dengan menyatakan bahwa aku tidak nyaman. Dia akhirnya melakukan itu dan selesai. Tidak lama aku mendapat informasi bahwa mantan cowok yang dekat dengan dia mendapat pacar baru. Reaksi dia mungkin tergolong terkejut dan tidak terima. Mulai dari sini aku merasa bersalah, karena aku memberi saran dan mungkin terlalu ikut campur atas tindakannya kepada cowok itu. Aku mungkin memahami bahwa wajar dia bersikap seperti itu, karena rentang waktu semenjak hubungannya dengan cowok itu mendapat pacar baru itu tidak lama. Seakan cowok tersebut tidak serius.
Sampai di sini hal yang menjadi refleksi diriku adalah tidak berlebihan dalam segala sesuatu, termasuk memberi saran, atau mengomentari hal yang tidak berkaitan dengan aku. Kata orang, Sometimes, the Best Way to Help Someone is to Let Them Help Themselves. Mungkin harusnya aku tak menyamakan dia dengan aku dan bersikap seolah dia harus sama dengan aku.
Hal-hal lain yang aku lakukan ketika menanggapi ceritanya juga menjadi evaluasi diri. Aku terlalu banyak menanggapi dengan ceritaku yang mirip-mirip. Kadang aku sadar dan bisa menghentikan itu, tapi lebih banyak menjadi penyesalan karena sudah terlanjur kejadian. Hal ini menjadi refleksi diriku untuk sekali lagi tidak bersikap berlebihan dan mulai berfikir bahwa dunia ini tidak terpusat pada diriku. Aku tidak tau apakah hal ini bisa diubah atau menjadi bagian dari gejala narsisitik.
Komentar
Posting Komentar