Gita, Si Penakluk Kimia

Tiba-tiba banget pengen nyeritain Gita, yap betul, Anggita Yuli Amalia, si penakluk kimia wkwkkwkw. Dulu ketika SMA sering banget nyamperin Gita pas pelajaran kimia, karena selain materinya susah, Ibu Gurunya menjelaskan dengan intonasi cepat dan suara yang pelan, teman-teman yang duduk di belakang termasuk saya ini sering kelewat penjelasannya. 

Tapi jauh sebelum itu, aku mengenal Gita sebagai teman yang cerdas, ngga hanya di kimia, tapi di mata pelajaran apapun dan bahkan di organisasi. Dia open minded dan sisi empatinya bener-bener luar biasa. Tipikal teman yang setia kepada sesama. Kesimpulan itu bisa aku dapet karena udah kenal dia dari TK wkwk ya walaupun pas TK cuma kenal nama aja sih.

Waktu MTs aku kurang "bersaing" dengan Gita karena kita beda kelas, satu-satunya persaingan adalah ketika memperebutkan top 10 akhir kelas. Nah baru pas SMA aku bener-bener "cemburu" karena dia pinter banget tolong, kayanya semua ibu-ibu di rumah bandingin anak-anaknya sama dia deh wkwkw. Di waktu ini juga persaingan gak hanya top 10, tapi di dalem kelas, dan yap, aku sama sekali gak bisa melampaui rank nya Gita. Yang kalian gak tau cemburuku pernah nyampe parah banget, karena pernah waktu itu rapat, Gita dateng, dan aku tiba-tiba gak mood cuma gara-gara dia dateng??? Gak tau deh maaf ya git, tapi aku ngga gimana-gimana ke Gitanya, cuma sikapku jadi diem aja. 

Mengesampingkan masalah akademik, Gita bener-bener teman yang baik, partner organisasi yang baik, dan partner lomba yang baik. Waktu MTs pernah ikut lomba PMR (aku sudah lupa namanya apa kalau di Hizbul Wathan), posisi aku jadi korban (yang akan diperiksa, termasuk dipegang-pegang), dan Gita jadi ketua tim. 

Sekalipun prosedurnya ada yang pegang-pegang bagian sensitif perempuan (dada), aku gak merasa gimana-gimana waktu Gita yang meriksa, aku merasa biasa aja karena pikirku dia emang tulus belajar, ngga ada pikiran apa-apa selain itu. Sementara ketika dicoba dengan orang lain (Gita sakit menjelang lombanya jadinya harus diganti yang lain), aku merasa ngga nyaman sama sekali. Mungkin cuma prasangkaku aja atau entah gimana, yang pasti rasanya jadi beda. 

Aku juga pernah sekelompok waktu tugas/ujian keterampilan PTV sama Gita. Dia penerima saran yang baik, tapi juga bisa mengarahkan dengan saran/pilihan yang lebih baik. Menurutku, dia cocok banget jadi leader. Dia termasuk golongan teman-teman "perencana" di kelas, ketika ada suatu agenda bareng, dia ikut mengonsep atau paling tidak memperhatikan teman-teman yang ada kendala untuk ikut. 

Sekarang ini, aku selalu seneng waktu dia posting hal-hal yang berbau kampusnya. Entah kegiatan belajar kimia, kegiatan volunteer, atau komunitas. Alasannya bukan hanya sekedar temen suport temen yang lain, tapi juga ada sedikit rasa khawatir dia ngga bahagia dengan masuk ke UIN SGD. Dulu waktu pembukaan pendaftaran SPAN-PTKIN, Gita tanya aku, "yan, ikut daftar gak?". Karena aku masih bingung mau pilih apa aku jawab "belum tau", dia sendiri pun masih sangsi ikut jalur ini atau engga. 

Lalu menjelang penutupan pendaftaran, aku bilang kalau jadi daftar dengan pilihan sejarah, karena hanya itu yang bisa aku pilih di wilayah-wilayah terdekat (surabaya). Aku tanya ke Gita, ternyata dia juga jadi daftar, tapi aku lupa kayanya aku ngga menanyakan dia akan ke mana. 

Ketika pengumuman kelulusan, dia dan aku sama-sama keterima di jalur SPAN-PTKIN. Untukku pada saat itu jadi sebuah bencana, karena aku ngga dibolehin daftar ke mana-mana lagi atau boleh dengan konsekuensi, padahal itu jurusan yang menjadi pilihan paling akhir. Nah aku berpikir Gita juga kesulitan dan mungkin saja menyesali pilihannya ikut jalur tersebut. 

Padahal ya aku ini apa? seberpengaruh itu kah ke pilihan hidup dia? wkwkwk. Aku taunya dia pengen ke farmasi, waktu itu sempet aku baca cita-citanya pengen kaya Gitasav, pengen belajar farmasi dan bikin klinik kecantikan, cantik banget kan ya impiannya. Entah apapun di balik keputusannya waktu itu, semoga dia ngga pernah menyesalinya atau mungkin jikalau pernah, semoga dia sudah sembuh dari penyesalan itu. Semoga selalu ada kebahagiaan menyertai proses belajarnya. 

Kesimpulan Gita yang paling aku inget adalah mengenai manusia "berilmu" yang tidak bisa memanusiakan manusia, dia bilang "berarti orang itu hanya sekedar pintar, bukan cerdas." 

Komentar

Postingan Populer